Berita TV

Akhir-akhir ini saya lagi males-malesnya duduk depan tv dan liat berita-berita yang disajikan para pembaca berita yang cantik dan ganteng di layar kaca. Bukan karena pembawa acaranya udah nggak cakep lagi, tapi yang bikin sebel adalah konten beritanya yang makin lama makin suram dan nggak berimbang dalam penyampaianya.

Pada tahu kan kalau sekarang lagi banyak berseliweran berita tentang kejahayan seksual anak, kekerasan pada anak, dan kasus kriminal lain?, yang bikin sedih adalah tiap hari bukanya makin mereda tapi berita macam itu seakan makin dikupas aja sampai tiap jam kalau ada berita tv, konten yang disajikan pasti tentang tema yang sama namun dengan kasus yang beda-beda.


Yang saya takut adalah, kalau ternyata berita-berita tv ini sistemnya sama kayak acara tv lainya, yaitu pakai rating, misal pada satu waktu ada 3 berita yang disajikan, ternyata berita nomor 2 punya respon paling tinggi, maka berita itu disiarin terus sampai orang-orang puas sama konten itu, dan akhirnya kalau bosen tinggal pakai cara yang sama kayak yang pertama.

Suatu berita yang bersifat negatif kalau diulang-ulang mungkin malah akan punya dampak yang negatif sama penontonya. Yang dampaknya nggak enak pasti dari si korban yang jadi bahan berita, gimana perasaan dia yang privasinya terus di cecar sama berita-berita dan jadi konsumsi publik, padahal suasana mereka sedang berduka atau emosi karena kasus yang terjadi. Dampak lain yang mungkin terjadi adalah, berita itu jadi sumber referensi orang yang sejak awal punya niat nggak baik. Atau yang paling simple, orang yang nggak tahu hal-hal negatif tersebut malah jadi kepo dan nyari tahu ke media yang salah.

Contohnya gini, dulu pernah ada kan heboh Maria Ozawa dateng main film ke Indonesia?, terus media berbondong-bondong memberitakan dan ngasih biodata dan profesinya ke publik. Si Udin yang polos lagi liat berita itu lalu tertarik karena liat muka cakepnya si Ozawa, googling lah dia, dan yap!, dia jadi tahu hal-hal yang seharusnya sih nggak harus dia tahu pada saat itu.

Dan yang paling parah akhir-akhir ini adalah berita politik menjelang pilpres.

Kita tentu tahu kalau Indonesia yang tercinta ini punya 2 stasiun tv yang khusus menyiarkan berita dari pagi hingga malam, namun masalahnya 2 stasiun tv berbasis berita ini pemiliknya orang yang jadi 'pentolan' dari partai politik. Jadinya sudah bisa ditebak kalau 2 stasiun tv ini menyiarkan berita yang sifatnya menggiring opini publik dan tidak menjadi media informasi yang berimbang lagi.

Setiap kali saya setel tv A pasti tv itu lagi bahas capres yang masuk dalam koalisinya, dan selalu uptodate dengan segala kegiatan dan prestasinya, lalu saya sudah duga kalau stasiun tv berita sebelah pasti bakal nyiarin capres dukunganya sendiri dan benar saja, memang disorot habis-habisan dan porsi beritanya hampir 50% sendiri.

 Berita yang sifatnya menggiring opini publik ini bahaya lho, karena bisa melenceng dari fungsi berita itu sebagai media informasi menjadi media pencari popularitas dan yang paling buruk malah bikin pecah belah bangsa ini. Orang Indonesia gampang terpengaruh dengan berita-berita yang sifatnya menggiring opini ini karena orang Indonesia biasanya males buat mencari tahu lebih jauh dari sumber yang berbeda, dan satu lagi kalau orang Indonesia itu suka ikut-ikutan sama orang yang dianggap lebih keren, lebih terkenal, atau dihormati di lingkunganya, padahal kelakuanya juga belum tentu bener.

And the end of this post is, mulai sekarang harus lebih teliti dalam mencerna berita karena nggak semua berita yang tayang di tv adalah berita yang layak buat kamu tonton dan percaya begitu aja. Kalau memang melihat satu berita, lihat lagi dari sumber yang berbeda karena itu akan menambah wawasan dan bikin kita nggak di bodo-bodo in orang media yang memaksa kita melihat suatu berita dari sudut pandangnya aja.