Yami Shibai : Fun Japanese Horror story
Dulu, jaman SMA saya ketagihan nonton Tales of Terror di Youtube, kumpulan film-film pendek horor dari Jepang yang cuma berkisar lima menitan durasi menontonnya, kalaupun ada yang agak panjang, paling lama cuma lima belas menit, jadi saya asik menonton satu demi satu episodenya sampai lupa kalau saya numpang wi-fi tetangga.
Minggu lalu saya tiba-tiba kangen
Tiap jam 5 sore, seorang pria tua dengan topeng kuning (seperti di gambar awal postingan ini) muncul di tengah-tengah taman bermain anak-anak untuk menceritakan cerita-cerita hantu berdasarkan legenda dan juga urban legend setempat. Pria tua ini bercerita dengan gaya tradisional Jepang bernama Kamishibai. Kamishibai ini kalau di Indonesia mirip-mirip seperti wayang lah kira-kira, jadi nanti sepanjang cerita, animasi yang kalian saksikan akan berbentuk seperti wayang saya, gerakannya kaku, dan ekspresi wajah tiap karakter akan banyak stagnan, tidak seperti animasi-animasi lainnya, itulah yang membuat Yami shibai berbeda dari lainnya.
Begini lah cara bercerita Kamishibai
Untuk cerita dari Yami shibai sendiri ada tiga season, tiap season ada tiga belas episode, dan tiap episodenya hanya berdurasi empat menit tiga puluh detik. Iya, tidak kurang, tidak lebih.
Oke, saya coba review per season saja untuk mempersingkat tulisan (dasar males). Tiap season akan saya beri episode mana yang paling bagus dan episode mana yang apa banget dan aneh, menurut pandangan saya tentunya.
Season 1 :
Best : Family Rule (kakun), Contradiction (Mujun), Zanbai.
Bad : The Overhead Rack (Amidana).
Jujur di season pertama ini hampir semua episodenya menarik, dan punya cerita yang solid serta original seperti urban legend Jepang pada umumnya yang bikin bulu kuduk merinding, kecuali memang episode The Overhead Rack yang bagi saya terlalu aneh (coba tonton sendiri dan kalian akan tahu anehnya apa) walaupun tetap saja tingkat seram dan waspada menontonya tinggi. Untuk season satu nilai saya 8/10.
Season 2 :
Best : Inside (Nakami), Capsule Toy Machine (Gatcha), Bug (Mushitsuba).
Bad : Kitchen (Daidokoro), Ominie-san.
Season 2 itu lebih banyak episode yang apa banget, aneh, dan entah sisi seramnya di mana. Beberapa episode malah mengandalkan jump-scare sebagai senjatanya daripada membuat cerita yang solid. Sangat disayangkan padahal di season ini yang duduk sebagai sutradara Takashi Shimizu dan Noboru Iguchi yang lumayan terkenal di dunia horor Jepang.
(Tambahan : Kalau kalian tahu gimana film-film Noboru Iguchi, pasti paham kenapa banyak hal-hal absurd di season ini).
Season 3 :
Best : Drawings.
Bad : Tunnel (Tonneru), Behind (Ushiro).
Season yang penuh monster!, iya, di season ini hampir semua episode menampilkan makhluk aneh yang menyerang manusia. Dan di season ini beda, yang biasanya di awal tiap episode kita ditemani si pria tua, sekarang ganti dengan bocah laki-laki yang membawa buku gambar sambil bernyanyi.
Overall, Yami shibai adalah alternatif tontonan horor yang ringan namun tetap menarik untuk diikuti satu per satu episodenya, walaupun seperti kebanyakan, kesuksesan di season satu yang luar biasa, perlahan jatuh dan mengalami penurunan kualitas di season-season selanjutnya. Tapi saya masih berharap ada Yami shibai season empat :D
Comments
Post a Comment