Anang Pratama

Tentu kita semua pernah yang namanya jatuh cinta, suka terhadap seseorang, rindu dan nggak mampu untuk lupakan dia walaupun baru aja ketemuan. Karena cinta, kamu juga jadi berubah. Jadi lebih rapi, lebih wangi, lebih sering mandi dan keramas malam-malam daripada yang sebelum-sebelumnya, dan juga kamu akan jadi orang yang baik banget buat dia, buat nunjukin kalau kamu beneran sayang dan cinta sama dia.

Hallo...hallo, udah lama buangeeet ya blog ini tak terjamah, sampai banyak postingan jadi berantakan nggak keurus. Maklum, yang biasa nulis lagi sibuk ikut ekspedisi NASA ke Mars buat nyari air. Lagaknya nyari air sampai Mars, di bumi aja jodoh dicari nggak nemu-nemu, busetdah ~ Oke, mari kita mulai bahas topik kali ini.

Dalam beberapa film, karakter pembunuh tidak selalu jadi monopoli kaum pria untuk melakukan tugas mulia sebagai pencabut nyawa para karakter-karakter lemah di sebuah film, tapi kaum wanita juga beberapa kali menjadi karakter mengerikan yang siap menggorok leher siapa saja yang ada di hadapanya, dan justru karakter pembunuh yang diperankan wanita malah jauh lebih menarik perhatian daripada sosok pembunuh yang diperankan pria dengan wajah seram dan kekuatan yang mengerikan. Beberapa karakter wanita pembunuh (atau di judul disebut wanita perkasa) ini jadi favorit saya karena pertama mereka punya ciri khas yang unik dalam karakternya, dari mulai kostum, gaya bicara, sikap, dan senjata untuk membunuhnya itu sendiri, dan yang kedua, karakter-karakter ini terlihat lemah dalam beberapa situasi, bahkan dari raut wajah beberapa karakter di sini, seakan tidak mungkin mampu untuk membunuh seekor nyamuk, tapi nyatanya pada satu sisi, mereka sangat kejam memperlakukan korbanya.

  Dunia kuliah itu beda banget sama waktu kalian masih sekolah, terutama dari pelajaran yang didapet sama temen-temenya. Tapi satu yang mirip-mirip, di kampus-kampus itu juga punya pengajar yang disebut dosen, dan ada yang baik, ada yang killer juga. Buat kalian yang mulai kuliah, pasti udah ngerti banget kalau tiap kampus itu pasti ada desas-desus dari mahasiswa tingkat atas tentang para dosenya yang macem-macem tingkahnya. Ada dosen yang baik banget ngebolehin mahasiswanya bikin hajatan dalam kelas, ada juga dosen yang nyebelin, bikin mahasiswanya nggak lulus-lulus sampai 3 dasawarsa. Nah, dosen itu ada beberapa tipe dan kategori yang membedakan mereka. Menurut penerawangan dan pengalaman, dosen dibagi dalam beberapa kategori :

   Mengharapkan sesuatu ibaratkan meletakkan selembar daun di atas aliran sungai yang tenang, kita tak pernah tahu kemana selembar daun itu akan pergi atau apakah daun itu dapat terus terapung tanpa tenggelam atau terbentur bongkahan karang disela perjalananya, namun walaupun kita tahu bahwa selembar daun itu kemungkinan tak bisa dengan selamat mencapai tujuanya, kita tetap mengapungkanya di atas air itu, karena kita percaya, karena kita mempunyai harapan bahwa hal itu akan terjadi, segera terjadi paling tidak.

Suatu hari, di negeri terestrial yang jauh dari cahaya matahari dan jangkauan listrik PLN, terlihat sosok yang sedang gundah, merenung sendirian di dalam istananya yang megah dan tinggi dibandingkan rumah-rumah lain disekitarnya. Sebut saja namanya Nemses. Bukan, bukan meses, hal ini sudah sering ia keluhkan pada orang tuanya mengapa memberinya nama yang mirip butiran coklat itu. "Lucu aja", jawab ibunya dengan santai sambil melenggang pergi. Nemses merenung sendiri dalam kamar di istananya, posisinya sebagai raja vampir tak lantas membuatnya jauh dari rasa bosan, terlebih lagi saat ini pekerjaan utamanya sebagai seorang aktor di film-film horor Hollywood mulai terpinggirkan. Posisinya yang dulu sangat terhormat dirusak oleh film remaja yang menampilkan sosok vampir yang sangat ganteng dan badan kotak-kotak, sehingga banyak anak muda jatuh cinta pada vampir, bukanya merasa ngeri. Lagipula, manusia saat ini lebih senang ditakuti dengan kejutan-kejutan dari sebuah boneka ...

Akhir-akhir ini saya lagi males-malesnya duduk depan tv dan liat berita-berita yang disajikan para pembaca berita yang cantik dan ganteng di layar kaca. Bukan karena pembawa acaranya udah nggak cakep lagi, tapi yang bikin sebel adalah konten beritanya yang makin lama makin suram dan nggak berimbang dalam penyampaianya. Pada tahu kan kalau sekarang lagi banyak berseliweran berita tentang kejahayan seksual anak, kekerasan pada anak, dan kasus kriminal lain?, yang bikin sedih adalah tiap hari bukanya makin mereda tapi berita macam itu seakan makin dikupas aja sampai tiap jam kalau ada berita tv, konten yang disajikan pasti tentang tema yang sama namun dengan kasus yang beda-beda.